Lenetera redup dalam hamparan rindu yang tartutup mmimpimu
Selarik puisi tlah mati dalam bentangan kata yang termmmaknai
Kala sayup kudengar langgam dari lubuk hati terdalam
Sedang kau terbang terlampau tinggi melayapi sisi sisi awan.
ingatlah wahai burung,sayapmu tak cukup peka memaknai kata kata sang
angin
tak cukup tau apa yang mengalir dfi darah sang angin,kelak ia
akan mendatangkan segulungan awan yang membutakan
kebekuan itu
adalah persimpangan yang membingungkan
,sperti pengembara yang
tersesat di padang gamang,lalu berjalan ke arah remang,
rentang
sayapmu tak cukup lebar menampung semua hatimu,
yang selalu ingin
mengudar,pahitnya,rindunya,
tentang cerita hati yang tersimpan.di
ceruknya yang terdalam,diam,karam
tatap matamu tak cukup tajam
menangkap apa yang tertanam di bumi
di mana pohon tempatmu bernaung
menyendiri,menanti,
kembalilah ke taman itu,di mana sang ibu menanak
darah kanakmu hingga dewasa
hinggpalah di sana..di mana ia
diam diam berdoa agar si burung tetap bahagia
meski ia ingin benar
membuang sesak yang menjejak di dadanya
ia yang selalu diam tapi aku
tau di hatinya tersimpan banyak kata kata untukmu
kembalilah ke
biru hati itu.
di mana semua yang datang berulang, lalu perpulang.
tempat
semua doa bermula,doa yang terjelma dari sekian mata..
mata yang
selalu setia menghapus air matamu,dengan air matanya
mata yang
paling setia diantara sekian ribu mata,